Buku Metode Penelitian

Posted on by
Buku Metode Penelitian Average ratng: 5,9/10 5468votes

Konvensional dan penelitian tindakan. Mudah-mudahan buku ini bermanfaat bagi siapa saja yang berminat untuk menadakan riset. BAB II METODE PENELITIAN. Command And Conquer Generals Zero Hour Reborn V7.

Buku Metode Penelitian

RINGKASAN BUKU “METODE-METODE PENELITIAN MASYARAKAT’ Sumber: “Metode-metode Penelitian Masyarakat” (Koentjaraningrat, penyunting) Penulis: Fuad Hasan, Koentjaraningrat Bab I: Beberapa Azas Metodologi Ilmiah Penerbit: Gramedia, cetakan V, 1983 Pembuat Laporan: Johanes Bambang Muljono dan Ita Singkawang Dosen: Johanis Haba, Ph.D. _____________________________________________________________________________________________________ 1.Pendahuluan Salah satu sifat dasar manusia adalah dia selalu ingin tahu. Sikap ingin tahu dalam bahasa Inggris disebut dengan “curiosity”. Dengan sikap ingin tahu tersebut, manusia terus mencari, meneliti dan menyelidiki kenyataan-kenyataan yang dilihat tanpa batas. Itu sebabnya penelitian atau observasi terus bergulir dari zaman ke zaman. Dalam hal ini kenyataan atau realitas alamiah dilihat manusia dari 2 sudut pandangan.

Daftar buku metode penelitian karya Prof Sugiyono Prof. Sugiyono, M.Pd adalah guru besar UNY dari Fakultas Teknik yang telah menulis banyak buku tentang metode penelitian. Buku-buku tersebut tidak hanya menjadi buku referensi untuk mahasiswa kependidikan tetapi juga mahasiswa non-kependidikan dari berbagai disiplin ilmu. Mar 11, 2014 Anda dapat mencari Tugas Akhir Mahasiswa, Skripsi, Buku Referensi, Literatur, Laporan Penelitian. Download Buku METODE PENELITIAN KUALITATIF.

Fuad Hasan dan Koentjaraningrat menyebut 2 sudut pandangan tersebut dengan istilah “dwi rupa”, yaitu: –Alam yang diamati sebagai sesuatu yang bersifat statis. –Pada saat yang sama alam yang diamati mengalami perubahan-perubahan, dan perkembangan-perkembangan. Dengan 2 kutub tersebut di atas, yaitu aspek alam yang statis dan terus mengalami perubahan, menjadi daya dorong manusia untuk selalu ingin menyingkapkan rahasia alam. Karena itu manusia tidak lagi melihat alam dan kenyataan ini sebagai sesuatu yang “selesai”, tetapi sebaliknya manusia ingin menembus dan menjangkau kemungkinan-kemungkinan di balik kenyataan-kenyataan tersebut. Dalam pengertian ini Fuad Hasan dan Koetjaraningrat menyebut dengan istilah “transendensi”, yaitu: “Dengan perkataan lain, manusia melakukan transendensi terhadap realitas konkret dan menuju ke arah kemungkinan-kemungkinan yang terbayang melalui pengamatan terhadap realitas itu” (Hasan, Fuad dan Kontjaranigrat 1983, 9). Untuk itu Fuad Hasan dan Koetjaraningrat memberi contoh tentang seorang anak yang mengamati-amati sebuah sendok. Anak tersebut memahami sendok bukan sekedar alat untuk makan, tetapi juga sendok ketika jatuh akan mengeluarkan suara tertentu.

Setelah berulang-ulang anak tersebut mendengar bunyi saat sendok jatuh, maka dalam pemikiran anak tersebut akan menyimpulkan bahwa realitas sendok lebih dari pada sekedar alat untuk makan. Karena itu Fuad Hasan dan Koetjaraningrat menyatakan bahwa transendensi terhadap kenyataan itu sebagai suatu proses yang dapat disaksikan secara filogenetis dan ontogenetis. Walaupun demikian tindakan pengamatan dan transendensi tersebut belum memberi kedudukan khusus secara ilmiah. Pengamatan dan transendensi tersebut disebut dengan “kennis”. Arti “kennis” oleh Fuad Hasan dan Koentjaraningrat dimaknai dengan: “knowledge” (pengetahuan). Tetapi “pengetahuan” tidak sama dengan “ilmu”.

Sebab ilmu menuntut beberapa ketentuan, misalnya: pengamatan yang dilakukan harus mengikuti sejumlah pengaturan. Melalui azas pengaturan tersebut “memungkinkan manusia menghimpun dan menemukan hubungan-hubungan yang ada antara realitas yang diamati”. Yang mana azas pengaturan tersebut perlu dilakukan secara konsisten, yaitu “sebagai batasan-batasan yang menentukan tempat fakta-fakta itu dalam suatu bagan”. Karena itulah oleh Fuad Hasan dan Koentjaraningrat, batasan-batasan yang menentukan tempat fakta-fakta dalam suatu bagan” disebut dengan istilah: “konsistensi azas pengaturan”.

Konsistensi azas pengaturan terlihat dari kemampuan manusia untuk membuat klasifikasi dari berbagai benda yang ada di sekitarnya. Manusia dapat mengklasifikasi dari sudut fungsi, jenis, atau bahan dari berbagai benda itu.

Comments are closed.